BANYUMAS, PURBALINGGA, BANJARNEGARA, CILACAP, KEBUMEN

Senin, 22 Agustus 2016

Jangan Malu dengan Bahasa Ngapak


Aja kaya kuwe, enyong, maning, kepriwe, kencot, dll adalah sebagian kosakata unik dialek Ngapak. Sebagai orang Karangtengah, Wangon, saya penasaran dengan asal-usul bahasa ngapak sebagai bahasa “ibu”. Dialek Ngapak ini mempunyai ciri khas dengan akhiran kata “a” tetap dibaca “a” bukan “o” , Contohnya: Sapa (Ind: Siapa) tetap dibaca Sapa. Selain itu akhiran kata “k” dilafalkan “k’’ yang mantap. Dialek Ngapak ini meliputi wilayah setengah provinsi Jawa Tengah (Banyumas, Cilacap, Tegal, Brebes, Purbalingga, Kebumen, Banjarnegara, sebagian Wonosobo, Pemalang, sebagian Pekalongan), Cirebon, Indramayu, sebagian daerah Banten (Utara). Karena penasaran, saya mencoba menghimpun semua tulisan yang berkaitan dengan bahasa Ngapak dari berbagai sumber (internet). Semua tulisan ini bukan bermaksud untuk membanggakan diri sebagai orang Jawa atau Ngapak tetapi sebagai sikap menghargai warisan budaya leluhur. Berdasarkan sumber berbagai tulisan di internet, kesimpulan mengenai bahasa Ngapak antara lain:

  • Dialek Ngapak ini berhubungan dengan asal-usul orang Banyumas yang berasal dari Kutai yang kemudian mendirikan Kerajaan Galuh Purba. Kerajaan Galuh ini berdiri sebelum kerajaan Mataram Kuna. Menurut sejarah, Kerajaan Galuh adalah wilayah merdeka. Oleh sebab itu, saat itu wilayah Galuh disebut sebagai mancanegara oleh orang-orang Kerajaan Mataram. Kemungkinan karena inilah dialek Ngapak bebas dari pengaruh dialek “Mbandhek” / Jawa Wetanan.

  • Dialek Ngapak ini diindikasikan sebagai bahasa Jawa yang masih terdapat unsur Bahasa Sansekerta. “Bhineka Tunggal Ika” merupakan salah satu contoh bahasa Sansekerta dengan akhiran tetap dibaca “a” sebagaimana dialek Ngapak.

  • Dialek Ngapak merupakan identitas kebudayaan suatu daerah yang bebas dari budaya feodalisme dan budaya asli yang bebas dari pengaruh rekayasa politik (Kerajaan). Hal ini dapat dilihat dari karakter khas orang Banyumas yang egaliter dan blakasuta (blak-blakan).

Dialek bahasa banyumasan yang sering dianggap lucu ini menjadi ciri khas tersendiri bagi masyarakat Banyumas raya. Saat tinggal di daerah lain, orang Banyumas mudah dikenali dari logat bahasanya yang juga sering disebut ngapak.

Sebutan ngapak untuk orang banyumas bisa dibilang sama seperti sebutan mbandek untuk orang wetanan dan medok untuk orang Jogja, Solo dan sekitarnya. Kalau ngapak dianggap sebagai sebuah ejekan untuk bahasa banyumasan dan dianggap hal yang lucu, lalu bagaimana dengan sebutan mbandek dan medok?, bukankah ini adalah hal yang sama. Lalu kenapa ada orang Banyumas yang malu untuk menggunakan dialek banyumasan?.

Ini bedanya orang Banyumas dengan orang daerah lain

Orang Banyumas mudah beradaptasi dengan bahasa yang digunakan di daerah lain. Sebagai contoh banyak mahasiswa dari Purwokerto yang kuliah di Jogja, tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan bahasa yang digunakan di Jogja. Penyesuaian penggunaan bahasa ini ada beberapa alasan, ada yang memang karena malu dianggap lucu dan sering jadi bahan guyonan, ada yang sengaja menyesuaikan untuk sekedar mempermudah komunikasi.

Kamu pengen tahu apa bedanya orang Banyumas yang sering disebut orang ngapak dengan orang dari daerah lain?. Orang Banyumas mudah menyesuaikan atau menirukan bahasa yang digunakan oleh orang daerah lain, tapi orang luar daerah sangat sulit untuk bisa menggunakan bahasa banyumasan. Meski bisa mengucapkan kata yang sama, tapi nada bicaranya tetap akan berbeda. Kalau nggak percaya coba saja suruh teman mu yang dari luar daerah untuk berbahasa banyumasan.

Bahasa Banyumasan itu cetha wela welo

Anggapan lucu pada bahasa banyumasan yang sering disebut ngapak, sebenarnya adalah sebuah keistimewaan. Saat berbicara orang Banyumas selalu jelas dalam mengucapkan vokal, atau yang disebut dengan cetha wela welo, “a” ya diucapkan “a”, “o” ya diucapkan “o”. Pengucapan vokal yang jelas ini juga berlaku ketika membaca huruf jawa, “ha na ca ra ka” akan tetap dibaca “ha na ca ra ka”, tidak berubah menjadi “ho no co ro ko”.

Inilah yang membuat bahasa banyumasan menjadi istimewa dan dianggap sebagai bahasa yang masih mempertahankan kekunaannya (kuno, masih mempertahankan bahasa dari jaman dahulu). Keistimewaan bahasa banyumasan tidak akan bisa ditemukan di daerah lain di jawa.

Bahasa banyumasan tidak mengenal kasta

Kata sapaan “Rika” yang berarti kamu dan “Inyong” yang berarti aku, dalam bahasa banyumasan berlaku untuk semua orang, entah itu pejabat, orang kaya atau rakyat jelata. Semua orang boleh menggunakannya tanpa pandang bulu, karena itulah bahasa banyumasan disebut tidak mengenal kasta.

Bahasa banyumasan disebut sebagai bahasa yang egaliter, yang berarti sama atau sederajat. Mungkin banyak orang luar daerah yang beranggapan dialek banyumasan sebagai bahasa yang kasar. Tidak perlu malu jika dianggap kurang sopan saat berbicara dengan bahasa banyumasan, karena ini adalah bagian dari budaya yang seharusnya terus kita lestarikan. Justru seharusnya kita bangga saat menggunakan bahasa banyumasan, karena kita menganggap semua orang adalah sama, tidak membedakan kasta, ras maupun golongan.


Selasa, 26 Juli 2016

Pantun Ngapak

Pitik bangkok,
diempani roti..
Aja ngrokok,
engko cepet mati..


Rogoh towe,
terus disate..
Aku seneng kowe,
deneng kowe meneng bae..


Tuku getuk
karo ampase..
Aja kur mantuk,
wis maksud rung kowe..


Maring manado,
nang kana dilombo..
Kowe bocah bodo,
rupamu kaya kebo..


Tuku tampah,
nembe digawe..
Aja brisik lah,
tek kepret nggawe..


Manuk manyar,
menclok nang tetean..
Duwe pacar,
ndina-ndina fesbukan..


Wit kelapa,
nang pinggir umah,
Aku ora papa,
santai bae lah..


Tuku awu,
nggo asah-asah..
Mingkem sewu,
nek manga sah..


Tuku rambutan,
nang prapatan..
Nek sekolah kerudungan,
Nek nang ngumah tank topan..


Klambi kotor,
kerebelan rambut..
Ngridit motor telung wulan dicabut..


Belajar kelompok karo Kaces,
Malah kertase di uwes-uwes..
Pancen kowe kuwe bocah rembes,
Wis ngerti gedebog malah di engkes-engkes..


Lunga meng konter tuku hp seken,
Duite di long ramane nggo tuku topi laken..
Dadi bocah koh kaya kuwe temen,
Aring nini-nini masa ngomong demen..


Bali sekolah aku melu mbawon,
Bar kuwe gari ramane prentah kon angon..
Dasar cangkem mu kuwe cangkem lanyon,
Wis mbojo be urung omongane kelon..


Telung jam aku ngenteni,
Nang pantai teluk penyu..
Sing jenengane Dini,
Memang pancen unyu-unyu..


Di prentah biyunge kon tuku labu,
Malah nang warung diledeki nang ibu-ibu..
Dasar pancen kowe wong kubu,
Kon mangan es krim malah ngrokoti tebu..


Keburan nang kali karo ngrogoih towe,
Di colek baya tapi aku meneng bae..
Mbuh lah aku bebeh karo kowe,
Salaeh sapa wingi tek sengi meneng bae..


Njujugna kondangan maring karang tengah,
Nang prasmanan masakanne kurang uyah..
Numpak montor koweaja nang tengah-tengah,
Apa sih ujare dalane mbah mu yah..


Di wei pitik babon bangkok,
Nek tes ngendog petok-petok..
Oalahh dasar bocah pekok,
Cilik-cilik kowe wis ngrokok..

Kamus Ngapak

  • Acan: (belum)sama sekali
  • Aja: Jangan
  • Akéh: Banyak
  • Alas: Hutan
  • Amba: Luas / Lebar
  • Ambén: Tempat tidur
  • Amleng: Sepi, sunyi, diam
  • Ana: Ada
  • Angger: Kalau
  • Anjog: Sampai
  • Antob: Sendawa
  • Aran: Nama
  • Arang: Jarang
  • Arip: Ngantuk
  • Aséng: Ajak, mengajak
  • Atis: Dingin (untuk cuaca) | Katisen: Kedinginan
  • Awak: Badan | Awake Pada Lara: Badannya sakit semua
  • Awan: Siang
  • Awéh: Memberi | Awéhan: Suka memberi
  • Awit/Kawit: Sejak
  • Ayuh/Mayuh: Ayo (ajakan untuk ikut)
  • Babar pisan/blas: Sama sekali
  • Babaran: Melahirkan
  • Bacin: Bau yang tidak sedap
  • Badhog: Makan (bahasa kasar) | Badhogan: makanan
  • Baé/Baén: Saja
  • Bagel: Lempar
  • Bagol: Kepala bagian belakang menonjol
  • Bakul: Penjual, jualan | Bakul Dhawet: Penjual Dhawet
  • Bal: Bola | Bal-balan: Sepak bola
  • Bandem: Melempar
  • Bandhot: Kambing jantan
  • Banggen: Bedug terakhir sebelum shalat
  • Barlingmascakep: Akronim dari lima Kabupaten di Jawa Tengah yaitu Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen yang mengadakan kerjasama manajemen antar Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembangunan.
  • Batir: Teman
  • Batur: Pembantu
  • Bawon: Bagian
  • Bawor: Salah satu personil Punakawan dalam pewayangan model Banyumasan (Anak sulung Semar)
  • Bebeh: Malas; ogah; tidak mau
  • Belet: Lumpur
  • Belik: Sumber mata air
  • Belok: Kotor | Belok Lepot: Kotor sekali
  • Bén: Biar
  • Bené/Mbéné/Nembé: Baru | Mbéné kober kiyé: Baru sempat nih
  • Benthong: Pukul memakai kayu/sejenisnya
  • Benting/Bengkung: Semacam kain yg digunakan untuk melilit perut sehabis melahirkan.
  • Besengut/Mbesengut: Cemberut
  • Beton: Biji nangka
  • Bithi: Pukul menggunakan tangan
  • Biyung: Ibu, Mama, Bunda
  • Blakasuta: Terus terang, apa adanya
  • Blarak: Daun kelapa utuh yang masih baru/basah
  • Blas: Sama sekali
  • Bleketaket: Amat, banget. Menunjukkan rasa makanan yang lunak, pulen dan sebangsanya
  • Blekethir: Kaki tangan, suruhan, kelas teri
  • Blig/Blég: Kaléng
  • Blijing: Telanjang bulat
  • Blukang: Pelepah daun kelapa
  • Blusuk: Pelosok; Pedalaman | Blusukan: Masuk-masuk ke pelosok
  • Bodol: Rusak
  • Boléd: Singkong; ketela pohon
  • Boléng: Cacat; kekurangan; kelemahan
  • Bongkot: Pangkal Pohon
  • Brengkolang/Bengkolang: Lempar
  • Brug: Jembatan
  • Bungah: Senang
  • Butul/Gutul: Sampai (datang); tiba | Wis Gutul Ngendi?: Sudah sampai mana?
  • Cablak: Doyan ngomong
  • Cangkem: Mulut (bahasa kasar)
  • Cantug: Sampai
  • Cebrik: Becek
  • Cédal: Orang yang sukar mengucapkan huruf 'R'
  • Cempuleg: Alamak; astaga; tiba-tiba; ternyata (mirip dengan ‘jebul’ dalam Bahasa Jawa umum)
  • Cengis: Cabe rawit
  • Cengkli: Botol Kecil
  • Ciblon: Mandi; bermain air
  • Cilaka: Celaka
  • Ciwel: Ketan
  • Clebek: Kopi
  • Cocot: Mulut (bahasa kasar)
  • Cokan/Sokan: Masih; suka; kadang-kadang (frekuensi waktu) | Inyong Cokan Dolan Maring Nganah: Saya masih (suka) main ke sana
  • Cucuk: Mulut (kasar); paruh unggas; paruh burung
  • Cumbu: Jinak (untuk hewan)
  • Cupet: sedikit (ilmu) | Ilmune Inyong Esih Cupet: Ilmu saya masih sedikit
  • Curek: Penyakit infeksi telinga yang mengeluarkan bau tak sedap
  • Cuwek: Colok | Cuwek matane: Colok matanya
  • Dablongan: Guyonan; lawakan; seenaknya sendiri; kelakar yang berlebihan
  • Dayoh: Tamu
  • Degan/Dawegan: Kelapa Muda
  • Deleng: Lihat
  • Dénéng/Déngka: Kok | Dénéng Neng Kono?: Kok di situ?
  • Déngklang: Pincang
  • Dhéwék: Sendiri | Inyong Dhéwék: Saya sendiri | Inyong Agi Dhéwékan: Saya sedang sendirian
  • Dhupak: Tendang
  • Dikep/Ndikep: Menangkap (biasanya untuk benda hidup)
  • Dina: Hari
  • Dingin/Dimin/Dipit/Disit: Dulu | Mengko dingin: Nanti dulu
  • Dingklik: Kursi kecil
  • Dir: Gundu / Keléréng
  • Dopok: Gosip | Ndopok: Ngegosip | Dopokan: Gosipan
  • Egin: Masih
  • Émbég/Ébég: Bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu. Tarian Embeg di daerah Banyumas menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg. Di dalam suatu sajian Ebeg akan melalui satu adegan yang unik yang biasanya di tempatkan di tengah pertunjukan. (Wikipedia)
  • Énggal: Sebentar lagi
  • Énggané: Andaikan | Énggané Kowe Neng Kéné: Andaikan kamu disini
  • Engkrék/Ngéngkrék: Bergegas; berjalan dengan penuh semangat
  • Entong: Habis | Banyune Wis Entong: Airnya sudah habis
  • Ereg/Pereg: Dekat
  • Eri: Duri
  • Esih/Tésih/Tasih: Masih
  • Gagéan/gagéyan: Cepetan; Buruan
  • Gajul: Menendang sesuatu memakai ujung kaki
  • Ganu: Dulu (waktu lampau)
  • Gari/Kari: Tinggal; tersisa | Dhuite Gari Sewu: Uangnya tinggal seribu
  • Gathéngan: Berhubungan intim (tabu)
  • Gebug: Memukul dengan keras menggunakan alat
  • Gedig: Pukul
  • Gejig: Linggis; alat dari besi untuk melubangi tanah dll
  • Gela: Kesal/Jéngkél
  • Gelis: Cepat
  • Gembéléngan: Sombong
  • Gendul: botol
  • Gering: Kurus
  • Gething: Tidak suka; benci banget
  • Gigal: Jatuh (untuk benda)
  • Gili: Jalan
  • Githir: Cepat; tergesa-gesa; buru-buru | Mlakuné Githir Temen: Jalannya buru-buru amat
  • Giwing: Dataran tinggi/Lereng
  • Glathak: Pagar (biasanya yang terbuat dari bambu)
  • Glepung: Tepung beras
  • Glewéhan: Guyonan; Bercandaan
  • Gludug: Petir; Geledek
  • Goroh: Bohong
  • Gotak: Nyeletuk
  • Goték: Melamar
  • Grabag-Grubug: Tergesa-gesa
  • Grajih: Gergaji
  • Gujih/Gujis: Banyak Bicara; Cerewet
  • Guyon/Guyonan: Canda/Bercanda
  • Idek/Pidek: Injak
  • Ijig-ijig/Ujug-ujug: Tiba-tiba
  • Ikih: Ini | Bukune Diwaca Baén Ora Mbayar Ikih: Bukunya dibaca saja, tidak membayar ini
  • Inyong/Inyongé/Nyong: Saya, aku
  • Iwak: Ikan/Daging | Iwak Ayam: Daging Ayam
  • Jagong/Njagong: Duduk
  • Janggel: Bonggol jagung
  • Janjane: Sebenarnya
  • Jawil: Colek
  • Jejek: Menendang lurus menggunakan telapak kaki
  • Jék: Ajak
  • Jembangan: Bak penampung air dari tanah liat
  • Jenthik: Jari
  • Jimot/Jiyot/Jukut/Jukut: Mengambil
  • Jor/Jorna: Biarkan
  • Jorog/jorogna: Dorong/mendorong
  • Jotos: Memukul dengan menggunakan kepalan tangan
  • Jujug/Jujugna: Antar/Mengantar
  • Jungkat: Sisir
  • Ka: Kok | Udu Inyong Ka: Bukan aku kok
  • Kaki-Kaki: Kakek-kakek
  • Kambi: Dengan
  • Kampil: Bantal
  • Kampleng: Pukul
  • Kanca: Teman
  • Kandah: Bicara; ngomong | Kandahan: Ngomong-ngomong/ngobrol
  • Kang/kakang: Kakak (laki-laki)
  • Karus: Terlanjur | Inyong Wis Karus Tuku Buku: Saya sudah terlanjur beli buku
  • Kawus: Jera
  • Kaya: Seperti
  • Kayongé: Kayaknya; kelihatannya
  • Keduman: Dapat bagian
  • Kelalén: Lupa
  • Keleleb/Kleleb: Tenggelam
  • Kelir: Warna
  • Kemaki: Sombong
  • Kemayu: Sok cantik
  • Kemlithak: Belagu; usil; bertingkah
  • Kemréwék: Cerewet; banyak ngomong
  • Kencot: Lapar
  • Kendhat: Bunuh diri
  • Keplak: Pukul
  • Kepriwé/Keprimén/Kepribén: Bagaimana (sering disingkat priwe, primen, priben)
  • Kesambat/Nyambat: Gotong Royong
  • Kesuh: Marah
  • Ketempuhan: Harus mengganti
  • Ketilem: Tenggelam
  • Keton/Katon: Terlihat, kelihatan, tampak
  • Kiyé: Ini | Kaya kiyé: Seperti ini
  • Ko: Biasanya untuk bahasa singkatan yang berarti Anda/kamu. Dalam Bahasa Jawa umum disebut ‘Kowe’
  • Koh: Kok
  • Kongkon: Suruh | Dikongkon/dikon: Disuruh | Kongkonan: Suruhan
  • Kowé: Anda; kamu
  • Kucluk: Bodoh
  • Kuna: Jaman dulu
  • Kungkum: Berendam / Mandi Berendam
  • Kur/Gur: Hanya
  • Kuwé: Itu | Aja kaya kuwé: Jangan seperti itu
  • Langka: Tidak ada
  • Lara: Sakit
  • Laut: Selesai kerja, pulang Kerja
  • Lebu: Debu
  • Leg: Telan | Keleg: Tertelan | Dileg: Ditelan
  • Lejed: Sangat (biasanya untuk jaman) | Kuna Lejed: Jadul banget
  • Léjég: Rusak (sudah longgar)
  • Lémpogen: Lelah; capek
  • Lenga Latung: Minyak Tanah
  • Lenga: Minyak Goreng
  • Lengob: Bodoh
  • Lénjéh: Centil
  • Lereng: Sangat (biasanya untuk jaman) | Kuna Lereng: Jadul banget
  • Lirih: Lembut; pelan-pelan; tidak keras (suara)
  • Liya: Lain | Liyane: Lainnya| Seliyane: Selainnya
  • Lobok: Longgar/Kebesaran
  • Lodong: Méncrét
  • Lombo: Bohong | Nglombo: Berbohong
  • Londhog/Lindhig: Jalannya pelan
  • Longan: Kolong (biasanya untuk tempat tidur)
  • Lunga: Pergi
  • Madan/Mandan: Agak
  • Madani: Omelin | Diwadani: Diomelin
  • Madéih: Nyebelin
  • Madhang: Makan
  • Magé: Ayo; mari (ajakan)
  • Mambrah-mambrah: Berantakan; berserakan
  • Manga: Membuka mulut
  • Mangga: Mari; silahkan
  • Mangsan: Musim
  • Mangslup: Masuk
  • Maning: Lagi
  • Manjat: Naik (Untuk ketinggian, naik pohon dll)
  • Marakna: Menyebabkan
  • Mathak: Melempar
  • Mayeng: Pergi
  • Mayuh: Ayo
  • Mbajug: Nakal
  • Mbandreng: Ingin sekali
  • Mbejujag: Kurang ajar; tidak sopan
  • Mbejut: Nakal
  • Mbekayu: kakak (perempuan)
  • Mboké: Ibunya | Mboké Bambang: Ibunya Bambang
  • Medhot: Membatalkan puasa wajib/sunnah
  • Méléd: Lidah keluar; terjulur lidahnya
  • Menangi: Ketemu; mengalami
  • Mérad: Pergi
  • Meriang: Sakit
  • Midun/Mudun: Turun
  • Miki: Barusan; belum lama
  • Ming: Ke
  • Mitaya: Lumrah | Raine Ora Mitayani: Wajahnya tidak nguatin (hinaan)
  • Ndeplak/Njeplak: Asal ngomong; asal bunyi
  • Ndéyan: Mungkin
  • Ndilalah: Kebetulan
  • Nék: Kalau
  • Ngajog/Kajog: Menyesal
  • Nganah: Kesana
  • Ngandel: Percaya | Ora Ngandel: Tidak Percaya
  • Ngandut: Hamil
  • Ngangsu: Mengambil air dari sumur/sumber mata air
  • Ngénéh: Ke sini
  • Nglogog: Melamun; termenung
  • Nglokro: Loyo; lemes
  • Ngodé: Kerja
  • Ngonoh: Kesitu; Situ
  • Ngudang/Ngundang: Manggil
  • Nguja: Sengaja | Ora Nguja: Tidak sengaja
  • Ningén: Tetapi
  • Nini: Nenek | Nini-nini: Nenek-nenek
  • Njepat: Terlepas dari ikatan tali
  • Njeprah: Banyak sekali
  • Olih: Boleh
  • Olih-Olih: Oleh-oleh; buah tangan
  • Pada: Sama/Kembar
  • Padasan: Tempat Wudlu
  • Pahal: Kerja
  • Paribasan: Ibarat/Peribahasa
  • Patia: Begitu | Ora Patia Akeh: Tidak begitu banyak
  • Pecicilan: Jelalatan
  • Pedangan: Dapur
  • Pekarangan: Kebun di sekitar rumah
  • Penjorangan: Guyonan; bercanda
  • Peso: Pisau
  • Petha: Umum | Ora Petha: Tidak wajar
  • Pethakilan: Banyak tingkah; nakal
  • Pethuk: Temu | Kepethuk: Bertemu
  • Péyang/pénjol: Oval
  • Pira: Berapa | Regane Pira?: Harganya Berapa?
  • Pitik: Anak Ayam
  • Playon: Berlarian
  • Poran/porah: Biarin
  • Pungkasan: Terakhir
  • Putu: Cucu
  • Rama: Bapak
  • Randa: Janda
  • Réang: Ramai; berisik
  • Rega: Harga
  • Rekasa: Sengsara
  • Rika: Kamu; sampeyan; panjenengan; anda
  • Rikala: Tatkala; sewaktu
  • Risban: Kursi panjang
  • Rogol: Jatuh/berjatuhan
  • Rosa: Tenaganya Kuat
  • Ruag: Rusak
  • Rumangsa: Merasa
  • Runtah: Sampah
  • Saben: Setiap
  • Sada: Lidi | Sapu sada: Sapu lidi
  • Sanding: Sebelah
  • Sanga: Angka Sembilan
  • Sapa: Siapa
  • Sedéla: Sebentar; tidak lama
  • Sega: Nasi
  • Séjén: Lain/Beda
  • Sekang: Dari
  • Semblothongan: Sembarangan; asal-asalan
  • Semriwing: Angin semilir; sejuk
  • Senthong: Kamar Tidur
  • Sepetil/sepethil: sedikit
  • Siki: Sekarang
  • Siwur: Gayung air
  • Sogi/Sugi: Diberi | Kasure disogi bantal: Kasurnya diberi bantal
  • Sripilan: Bonus; tambahan penghasilan
  • Sulung: Anak laron
  • Sumed: Menyalakan api / bara
  • Sumeng: Gejala demam pada diri seseorang yang tidak terlalu tinggi. Biasanya dikaitkan dengan meriang, kurang nafsu makan dll.
  • Takon: Tanya | Pitakon: Pertanyaan
  • Tegel: Téga
  • Tek/Tak: Kata ganti orang pertama | Wis Tek Bayar: Sudah saya bayar
  • Tekan: Sampai tempat Tujuan | Wis tekan: Sudah Sampai
  • Téla: Memang | Téla Iya Koh: Memang iya kok
  • Tembe/nembe/tembeke: Baru; barusan
  • Temen: Sangat; sekali
  • Temenan: Benar/Tidak Bohong
  • Tésih: Masih
  • Téyéng: Bisa
  • Tidokna: Tunjukkan | Nidokna: Menunjukkan; memperlihatkan
  • Tlatén: Tekun; ulet; kreatif
  • Tok/Thok: Saja; doang | Inyong thok sing ora bisa: Saya doang yang tidak bisa
  • Trataban: Hati berdebar
  • Tum: Dibungkus pakai daun pisang
  • Tuma: Kutu Kepala
  • Turut: Sepanjang | Turut Gili: Sepanjang jalan
  • Ujar: Berkata; menurut | Ujarku: menurutku,
  • Umeb: Mendidih
  • Uput-uput: Pagi sekali masih samar-samar
  • Uwan: Rambut Putih/Uban
  • Uyel-uyelan: Desak-desakan
  • Wadon: Wanita; perempuan
  • Waja: Alat dapur berbentuk cekung terbuat dari logam untuk menggoreng sesuatu.
  • Walang: Belalang
  • Waléh: Mengaku / Terusterang
  • Wates: Batas
  • Wedhi: Pasir
  • Wedi: Takut
  • Weduh: Melihat
  • Wei: Beri | Diwei: Diberi
  • Wis: Sudah | Sewise/seuwise: Sesudah
  • Wisuh/wijik: Cuci kaki/tangan
  • Woh: Berbuah
  • Yayu/Yayuné: Kakak (perempuan); Mbak
  • Yuyu: Kepiting

Selasa, 10 Mei 2016

KaFC Banyumas

→ Telfon Pertama
Tuyem : halloo...Kaepsi?
KaFC : iya, ada yg bisa di bantu?
Tuyem : ayame ana apa ora?
KaFC : oh ada
Tuyem : jajal gawa ngeneh, diadu karo ayame inyong!
KaFC. : ......



→ Telfon Kedua
Tuyem : hallooo...kaepsi?
KaFC : iya
Tuyem : delivery order?
KaFC : iya
Tuyem : 24jam?
KaFC : iya
Tuyem : Oooh hebat ya, kowe ora tau turu!
KaFC : hadeuuhh...

→ Telfon Ketiga
Tuyem : hallooo...kaepsi?
KaFC : iya...
Tuyem : ayam ana?
KaFC : ada
Tuyem : sega?
KaFC : ada
Tuyem : es krim?
KaFC : ada
Tuyem : burger?
KaFC : ada! banyak! komplit!! (bakule mulai kesuh)
Tuyem : esih ana kabeh? ora payu apa?!!
KaFC : X_X

→ Telfon Keempat
Tuyem : hallooo.. Kaepsi?
KaFC : kowe maning! arep ngledek apa!
Tuyem : woi inyong arep pesen! yawis, inyong ora sida pesen lah!
KaFC : oh iya! mau pesen apa?
Tuyem : soto sokaraja baen seporsi !!!
KaFC : kurang ajar temen kowe...!!

→ Telfon Kelima
Tuyem : hallooo..kaepsi??
KaFC. : mesti kowe maning, arep ngapa kowe?
Tuyem : arep pesen ayam!
KaFC. : oh iya! Apa lagi?
Tuyem : ayam karo sega! tapi mbungkuse dipisah baen yak? Mengko nek didadekna siji, segane entong dithotholi ayame
KaFC. : Wooooi .......

→ Telfon keenam
KaFC : KaFC ada yg bisa dibantu?
Tuyem : ayame ana?
KaFC : iya ada
Tuyem : kene inyong arep ngomong....

Kamis, 21 April 2016

HP Baru Udin dan Dawir

Kisah 2 pemuda dari Karangtengah yang baru punya Hand Phone (HP), Udin & Dawir.

Udin : “Wir, agi ngapa kowe....dening nyekeli pager umah bae....”
Dawir : “Iya kiye Din, Inyong arep ngisi pulsa.......”
Udin : “Trus, apa hubungane ngisi pulsa karo nyekeli pager umah? Telpon bae operator... mesti beres!!”
Dawir  : “Nah kuwe masalahe, Din.....operatore ngomong ngongkon "tekan pagar", tapi wis tek pencet ping pira bae isih ora mlebu pulsane, jempole inyong nganti lecet giyeh....!!”
Udin : “hahaha....Kuwe sich durung sepira, Wir, inyong lewih gemblung maning di kerjani operator.”
Dawir : “Loh kepriwe sih?”
Udin : “Kowe isih mending dikongkon menceti pager, lah inyong di kongkon "mencet bintang", Ujare inyong Gatotkaca apa di kongkon maring langit??!!?. Uwis pada gemblung ndeyan yah operatore... ??”



Numpak Pesawat Ngapak Airline

Kaya ngapa rasané ya nék numpak pesawat NGAPAK AIRLINE lan mendarat ning BANDARA INTERNASIONAL PURWOKERTO?

Mbuh taun pira jéré neng Purwokerto arep ana bandar udara (bandara), apa maning bandara Internasional. Jan maén temenan, kayongé Purwokerto tambah ramé lan prepegan pisan ditekani turis-turis manca negara. Lha mbuh kayangapa rasané numpak montor mabur NGAPAK AIRLINE jurusan Purwokerto-Jakarta terus disuguhi pacitan gethuk goréng utawa mendoan anget karo pramugarine? Ngombéné clebek panas apa dhawet ayu Banjarnegara? Jan wis pokoké nylekamin pisan enggané.



Seumpamané Ngapak Airline kuwé wis ana temenan lan Bandara Purwokerto wis bukak, pimén dulur kira-kira kahanané ning njero pesawat? Derungokna bae kiye pramugariné agi ngomong maring penumpang:

"Ladies and Gentleman!!!, Kangmas lan mbekayu, Dulur- dulur ngapakers penumpang kabeh ingkang kinormatan.

"Tepangaken kula kru pesawat Ngapak Airline, pilot Kapten Dalban Sugino lan kulo piyambek pramugari Dartem Susilowati."

"Sedéla maning montor mabur arep mangkat. Sedurungé inyong karo pramugari liyané arep nidokna carané ngadepi kahanan darurat."

"Klambi plembungan ana nang dlesepan ngisor korsi, dinggo nék montor mabur mandek nang nduwur banyu. Carané jikot klambi, sekang dlesepan terus dinggo, tarik taliné bén klambiné mlembung. Pipa karét di damu bén lampuné kelap kelip dadi bisa dideleng sekang kadohan.Klambi kuwé aja dicolong atawa digawa bali, nék konangan bisa ditempilingi Kang Pilot."
"Lawang montor mabur kiye ana nem , loro nang ngarep, loro nang cewiwi, terus loro maning nang mburitan/brutu."

"Nek pesawat kurang hawa nggo ambekan, mengko metu déwék masker oksigén sekang pyan/ loteng. Nek masker mencotot, gageyan dinggo, ambekan kaya biasané dibrongsongna maring cungur lan cangkem, aja ngos-ngosan, marakna liyané pada wedi. Nék nggawa bocah cilik ya bocaéh ndisit sing detulungi, melas lah. Ora usah kedagar-dagar, sing aso baen…ya lur."
"Semono pengumuman sekang inyong, nek arep pada maca majalah apa koran, kuwe ana nang dlesepan kursi ngarepé rika kabeh."

"Nék arep nguyuh utawa ngising, kakuse nang mburitan nganah. Aja nguyuh kambi udud, mbok kobaran mengkone lan nek konangan bisa detempilingi karo Kang Pilot. Aja nguyuh ning kakus ngarep, kae kakuse wong sugih."
Nek arep ngrungokna Curanmor kaki Samidi utawa guyonan Peyang Penjol utawa wayang kulit Ki Dalang Gino, ya ngonoh pada nyetel Tipi sing ning ngarep kursine dhewek-dewek…de kepénak bae lah..

"Wis lah, deneng nyong ngomong bae ya…cangkeme kesel kiye, mudheng-ra mudheng bodoa lah. Sing penting inyong wis kanda karo rika kabeh."
"Moga-moga kabeh pada slamet waras bisa mudun maning lan bisa ketemu karo rama biyunge maning."

Kaya kuwe dulur ngapaker penunmpang kabehan, kesuwun wis nganggo pesawat NGAPAK AIRLINE........"
 

MENDOAN

MENDOAN

KALEM BAE

KALEM BAE

NGAPAKER'S

ORA NGAPAK ORA KEPENAK

ABOUT NGAPAK

Apa si ngapak ya? ngapak kuwe sebutan kanggo dialek sing biasa dinggo omong-omongan sedina-dinane nang wong banyumas lan sekitare. Wilayahe termasuk banyumas dewek, purbalingga, banjarnegara, cilacap lan sebagian kebumen (khususe wilayah gombong). Nang ngapa jane dijenengi ngapak? jan-jane kiye mung go sebutane wong-wong wetan (wong-wong sing manggone nang wilayah sewetane banyumasan). Ndean nang kupinge wong-wong wetan sering krungu, nek wong banyumas agi ngomong koh kayane "ngapak ngapak". Jan jane si, wong banyumasan kuwe wis kawentar blaka suta. contone kaya kiye, nek nang tulisan "apa" wong banyumasan wis mesti macane dadi "apa", sejen karo wong wetan (udu banyumasan) alias wong bandekan. Wong bandekan nek maca tulisan "apa" mesti dadi "opo". nah kuwe mung contoh. esih akeh maning kata-kata sing pengucapan "a" dadi "o". kuwe menurute wong banyumasan dewek. Trus maning, nek ana tulisan "anak", nek banyumas ngomong mesthi dadi "anak" (huruf "k" diucapna jelas banget, sampe-sampe nyeklok huruf "k"). Kiye sejen banget karo wong bandekan utawa wong wetan, nek ngomong kata-kata sing pol-polane hurufe "k", deweke ra jelas ngucap huruf "k", mandan samar-samar utawa alus. Nah kiye akhire ndadekna wong banyumasan nek ngarani wong wetan dadi wong alus. saking aluse olih ngomong ndean ya. sampe huruf sing kudune de waca malah macane ora pati nggenah. jan pancen ora kaya wong ngapak. "a" de omong "a" , "k" ya de omong "k". Pokoke banyumasan ya apa anane. Utawa blaka suta.

WONG NGAPAK

WONG NGAPAK

NGAPAKER'S

NGAPAKER'S

NGAPAKNESIA

NGAPAKNESIA